Setiap benda atau
makhluk pasti bergerak. Benda dikatakan bergerak apabila terjadi perubahan
posisi benda tersebut terhadap sebuah titik acuan. Karena bergantung pada titik
acuan, maka gerak dikatakan bersifat relatif. Sekarang yang menjadi pertanyaan,
mengapa benda-benda dapat bergerak? Apa yang membuat benda yang pada mulanya diam
mulai bergerak? Apa yang mempercepat atau memperlambat benda? Kita dapat
menjawab setiap pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa untuk melakukan itu
semua diperlukan sebuah gaya. Gaya adalah suatu
besaran vektor yang dapat mengakibatkan gerak atau bentuk benda menjadi
berubah. Hubungan antara gerak benda dengan gaya yang mempengaruhi benda
tersebut dibahas didalam hukum-hukum Newton tentang gerak. Pada dinamika gerak lurus
berlaku
hukum dari ilmuwan fisika yang terkenal Isaac Newton yaitu Hukum Newton
1, Hukum Newton II dan Hukum Newton III.
1.
Hukum
Newton I
Aristoteles (384-322
SM) percaya bahwa diperlukan sebuah gaya untuk menjaga agar sebuah benda tetap
bergerak sepanjang bidang horizontal. Ia mengemukakan alasan bahwa untuk
membuat sebuah buku bergerak melintasi meja, kita harus memberikan gaya pada
buku itu secara kontinu. Menurut Aristoteles, keadaan alami sebuah benda adalah
diam, dan dianggap perlu adanya gaya untuk menjaga agar benda tetap bergerak.
Lebih jauh lagi, Aristoteles mengemukakan, makin besar gaya pada benda, makin
besar pula lajunya.
Kira-kira 2000 tahun
kemudian, Galileo Galilei (15641642) menemukan kesimpulan yang sangat berbeda
dengan pendapat Aristoteles. Galileo mempertahankan bahwa sama alaminya bagi
sebuah benda untuk bergerak horizontal dengan kecepatan tetap, seperti saat
benda tersebut berada dalam keadaan diam.
Untuk mendorong sebuah
benda yang mempunyai permukaan kasar di atas meja dengan laju konstan
dibutuhkan gaya dengan besar tertentu. Untuk mendorong benda lain yang sama
beratnya tetapi mempunyai permukaan yang licin di atas meja dengan laju yang
sama, akan memerlukan gaya lebih kecil. Jika selapis minyak atau pelumas
lainnya dituangkan antara permukaan benda dan meja, maka hampir tidak
diperlukan gaya sama sekali untuk menggerakkan benda itu. Pada urutan kasus
tersebut, gaya yang diperlukan makin kecil. Sebagai langkah berikutnya, kita
bisa membayangkan sebuah situasi di mana benda tersebut tidak bersentuhan
dengan meja sama sekali, atau ada pelumas yang sempurna antara benda itu dan
meja, dan mengemukakan teori bahwa sekali bergerak, benda tersebut akan
melintasi meja dengan laju yang konstan tanpa ada gaya yang diberikan. Sebuah
bantalan peluru baja yang bergulir pada permukaan horizontal yang keras
mendekati situasi ini.
Galileo membuat
kesimpulan, bahwa jika tidak ada gaya yang diberikan kepada benda yang
bergerak, benda itu akan terus bergerak dengan laju konstan pada lintasan yang
lurus. Sebuah benda melambat hanya jika ada gaya yang diberikan kepadanya.
Dengan demikian, Galileo menganggap gesekan sebagai gaya yang sama dengan
dorongan atau tarikan biasa.
Sebagai contoh, mendorong sebuah buku
melintasi meja dengan laju tetap dibutuhkan gaya dari tangan kalian, hanya
untuk mengimbangi gaya gesek. Jika buku tersebut bergerak dengan laju konstan,
gaya dorong kalian sama besarnya dengan gaya gesek, tetapi kedua gaya ini
memiliki arah yang berbeda, sehingga gaya total pada benda (jumlah vektor dari
kedua gaya) adalah nol. Hal ini sejalan dengan sudut pandang Galileo, karena
benda bergerak dengan laju konstan ketika tidak ada gaya total yang diberikan
padanya.
Berdasarkan penemuan ini, Isaac Newton (16421727), membangun
teori geraknya yang terkenal. Analisis Newton tentang gerak dirangkum dalam
“tiga hukum gerak”-nya yang terkenal. Dalam karya besarnya, Principia (diterbitkan
tahun 1687), Newton menyatakan terima kasihnya kepada Galileo. Pada
kenyataannya, hukum pertama Newton tentang gerak sangat dekat dengan kesimpulan
Galileo.
Hukum I Newton
menyatakan bahwa: “Setiap benda tetap
berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis
lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol”.
Kecenderungan
sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau gerak tetapnya pada garis
lurus disebut inersia (kelembaman). Sehingga, Hukum I Newton sering disebut
Hukum Inersia atau Hukum Kelembaman.
Sifat kelembaman dapat dirasakan ketika sedang
berada didalam kendaraan yang bergerak, kemudian secara tiba-tiba kendaraan
tersebut direm sehingga tubuh terdorong ke depan. Hal ini terjadi karena
sebelum pengereman, tubuh dalam keadaan bergerak kedepan dengan kecepatan sama
dengan kendaraan, sehingga ketika direm, tubuh terdorong kedepan karena tubuh
memiliki kecenderungan untuk tetap bergerak. Begitu juga yang terjadi saat
kendaraan mulai bergerak kembali. Tubuh akan cenderung mempertahankan keadaanya
dalam keadaan diam.
Hukum I Newton tidak selalu berlaku pada setiap
kerangka acuan. Sebagai contoh, jika kerangka acuan kita tetap di dalam mobil
yang dipercepat, sebuah benda seperti cangkir yang diletakkan di atas dashboard
mungkin bergerak ke arah kita (cangkir tersebut tetap diam selama kecepatan
mobil konstan). Cangkir dipercepat ke arah kita tetapi baik kalian maupun orang
atau benda lain memberikan gaya kepada cangkir tersebut dengan arah berlawanan.
Pada kerangka acuan yang dipercepat seperti ini, Hukum I Newton tidak berlaku.
Kerangka acuan di mana Hukum I Newton berlaku disebut kerangka acuan inersia.
Kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan
konstan (misalnya sebuah mobil) relative terhadap kerangka inersia juga
merupakan kerangka acuan inersia.
2.
Hukum Newton II
Hukum I
Newton menyatakan bahwa jika tidak ada gaya total yang bekerja pada sebuah
benda, maka benda tersebut akan tetap diam, atau jika sedang bergerak, akan bergerak
lurus beraturan (kecepatan konstan). Selanjutnya, apa yang terjadi jika sebuah
gaya total diberikan pada benda tersebut?
Newton
berpendapat bahwa kecepatan akan berubah. Suatu gaya total yang diberikan pada
sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah. Akan tetapi, jika gaya
total itu mempunyai arah yang berlawanan dengan gerak benda, gaya tersebut akan
memperkecil laju benda. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda arah dengan
arah gerak benda, maka arah kecepatannya akan berubah (dan mungkin besarnya
juga). Karena perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan, berarti dapat
dikatakan bahwa gaya total dapat menyebabkan percepatan.
Adapun
harga kesebandingan itu menunjukkan ukuran kelembaman yang dimiliki benda,
yaitu massa.
Keterangan:
F = gaya (kg m/s2 atau
N),
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (m/s2).
Semakin
besar massa maka akan semakin kecil percepatannya, Meskipun gayanya sama. Jadi,
percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya. Hubungan ini
selanjutnya dikenal sebagai Hukum II Newton, yang bunyinya sebagai berikut: “Percepatan sebuah benda berbanding lurus
dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya.
Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya”.
3.
Hukum Newton III
Mengapa sebuah roket ketika meluncur
membutuhkan tenaga yang sangat besar? Sebuah roket memiliki gas panas yang
dipancarkan dari ruang pembakaran dan pancaran ini menyebabkan timbulnya gaya
reaksi pada roket tersebut. Gaya tersebut akan mengangkat serta mempercepat
roket sehingga dapat terbang ke luar angkasa. Dengan kata lain, ketika suatu benda memberikan gaya pada benda lainnya, benda kedua
akan memberikan gaya yang sama dan berlawanan arah pada benda pertama.
Pernyataan di atas dikenal sebagai Hukum
Ketiga Newton.
Keterangan:
F aksi : gaya yang bekerja
pada benda
F reaksi : gaya reaksi benda
akibat gaya aksi
Sifat
pasangan gaya aksi-reaksi besarnya selalu sama, segaris, saling berlawanan
arah, dan bekerja pada benda yang berbeda.
Contoh
Hukum Newton III dalam kehidupan sehari-hari:
- Seorang penyelam, kaki dan tangan penyelam mendorong air ke belakang (gaya aksi) sehingga badan penyelam terdorong ke depan sebagai gaya reaksi.
- Ketika kita berjalan di atas tanah, maka kita mendorong tanah dengan gaya yang arahnya ke belakang. Tanah mendorong kita dengan gaya yang besarnya sama tetapi arahnya ke depan, sehingga kita dapat berjalan ke depan.
- Ketika sebutir peluru ditembakkan dengan senapan, maka senapan mengerjakan gaya ke depan, sebaliknya peluru mengerjakan gaya ke belakang sehingga bahu penembak terdorong ke belakang
- Sebuah balok diletakkan di atas lantai yang horizontal. Balok memberikan gaya pada lantai sebesar gaya beratnya W. Balok tidak melesak ke dalam lantai karena lantai memberikan gaya reaksi yang sama besar dengan gaya berat W. Gaya reaksi ini sering disebut gaya normal (N) yang arahnya tegak lurus permukaan lantai.
1 komentar:
makasih :)
Posting Komentar