A.
Pengertian
Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas)
Keanekaragaman
adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk,
tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman
hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer.
Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau
keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan
warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Keanekaragaman
hayati adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan,
yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya,
yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem
dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya.
Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam
ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan
sebagai ukuran kesehatan sistem biologis. Dengan demikian dari berbagai
pengertian diatas dapat kita simpulkan pengertian biodiversitas atau yang kita
kenal dengan keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup dan
hal-hal yang berhubungan dengan ekologinya, dimana makhluk hidup tersebut
terdapat.
Keanekaragaman
hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi
gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik
bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi
organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya
matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor
menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip
suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil
interaksi antara genotip dengan lingkungannya
Keanekaragaman
hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme
tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel
satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu
sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
1.
Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Setiap
sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu
dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat ini
dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis. Perkawinan antara dua
individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebab terjadinya
keanekaragaman gen. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat
gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen
dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu
spesies berupa varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami atau
secara buatan. Keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui
perkawinan silang (hibridisasi). Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen
antara lain: variasi jenis padi: padi Rojo lele, padi Gogo, padi IR64, dll. Contoh
yang lain misalnya pada variasi jenis ayam : ayam bangkok, ayam kampung, ayam
kate, dll. Pada manusia juga menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain
ukuran tubuh (besar, kecil, sedang), warna kulit (hitam, putih, sawo matang,
kuning), warna mata (biru, hitam, coklat), bentuk rambut (ikal, lurus,
keriting)
Gambar 1. Keanekaragaman tingakat gen pada ayam
2.
Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
Keanekaragaman
ini lebih mudah diamati daripada keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati
tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup
baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba. Untuk mengetahui
keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, dapat diamati
melalui ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan
hidup dan lain-lain. Sebagai contoh dalam keluarga kacang-kacangan, seperti kacang
tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis
kacang-kacangan tersebut dapat dengan mudah dibedakan, karena antara mereka
ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya
ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh
tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta
rasanya yang berbeda. Contoh yang lain adalah keanekaragaman pada keluarga
kucing seperti harimau, singa, citah dan kucing. Walaupun hewan-hewan tersebut
termasuk dalam satu familia/ suku Felidae tetapi diantara mereka terdapat perbedaan
atau variasi sifat pada kucing, harimau, singa dan citah yang termasuk dalam
familia/suku Felidae. Variasi pada suku Felidae ini menunjukkan keanekaragaman
pada tingkat jenis. Hal yang sama terdapat juga pada tanaman kelapa, aren,
pinang, dan lontar yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae.
Gambar 2.
Keanekaragaman tingakat jenis pada suku Felidae
3.
Keanekaragaman
Hayati Tingkat Ekosistem
Ekosistem adalah suatu
sistem ekologi yang terbentuk
oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Interaksi antar organisme didalam
ekosistem ditentukan oleh komponen biotik dan abiotik yang menyusunnya. Biotik adalah
istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Sedangkan Abiotik atau
komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan
medium atau substrat tempat
berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
Komponen abiotik dapat berupa suhu,
iklim, air, kadar garam, cahaya matahri, tanah, dll
Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam
ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor
kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh
spesies tersebut, Hal
ini disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi yang
luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya,
yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi
apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber
makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat
memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir,
mengembangkan teknologi dan
memanipulasi alam.
Di
bumi ada bermacam-macam ekosistem yaitu ekosistem alam dan buatan. Ekosistem alam adalah ekosistem yang
terbentuk secara alami tanpa adanya campur tangan manusia. Ekosistem alami
dibedakan menjadi yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang
sengaja dibuat oleh manusia. Contoh ekosistem buatan adalah ekosistem kolam,
ekosistem akuarium, bendungan, ekosistem hutan tanaman industri, agroekosistem
1.
Ekosistem
Darat
Ekosistem
darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Terdiri atas
beberapa macam bioma antara lain bioma gurun, padang rumput, hutan hujan
tropis, hutan gugur, taiga, dan tundra.
a.
Bioma
Gurun
Gurun merupakan daerah kering yang curah hujannya hanya 20
cm per tahun. Vegetasi dominan pembentuk bioma gurun adalah kaktus.
Adapun hewan yang hidup di bioma ini umumnya aktif pada malam hari atau nokturnal.
Kelembaban udara sangat rendah. Perbedaan
suhu siang haridengan malam hari sangat tinggi (siang hari dapat mencapai 45oC,
malam dapat turun sampai 0 oC). Tanah sangat tandus karena tidak
mampu menyimpan air. Ekosistem gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika
Utara, Australia dan Asia Barat.
b.
Padang
rumput
Bioma
ini memiliki karakteristik beriklim sedang, dengan curah hujan berkisar antara
25–75 cm/tahun dan vegetasi dominannya adalah rumput. Adapun hewan yang
hidup di bioma ini adalah kelinci, serigala, dan kuda. Ekosistem padang rumput
membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim sedang,
seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia.
c.
Hutan
Hujan Tropis
Bioma
hutan hujan tropis terdapat di kawasan garis khatulistiwa di seluruh dunia,
seperti Asia tengah termasuk Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika,
serta Australia. Hutan hujan tropis memiliki temperatur dengan kisaran 25°C per
tahun dan curah hujan yang tinggi sekitar 200 cm per tahun. Tumbuhan dan hewan
yang hidup di bioma ini paling beragam (memiliki keanekaragaman paling tinggi)
dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma-bioma lainnya.
Tumbuhan yang khas yang hidup di bioma ini adalah tumbuhan liana
(tumbuhan merambat) seperti rotan dan tumbuhan epifit seperti anggrek.
Hewan yang khas di bioma ini adalah harimau, badak, babi hutan, dan orangutan.
d.
Hutan
Gugur
Bioma
hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang dan tersebar di Amerika Timur,
Eropa Tengah, dan Asia Timur. Bioma ini memiliki ciri-ciri suhu yang sangat
rendah pada musim dingin dan sangat panas pada musim panas (-30°C hingga 30°C).
Curah hujan tinggi dan merata, serta jenis pohon yang dapat menggugurkan
daunnya pada saat musim panas (pada hutan gugur daerah tropis) dan pada saat
musim dingin (pada hutan gugur iklim sedang). Hewan yang hidup di bioma ini
antara lain tikus, beruang, bajing dan burung. Beberapa hewan pada bioma ini
dapat melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang selama musim dingin dengan
terlebih dahulu mengkonsumsi banyak makanan.
e.
Taiga
Bioma
taiga dikenal sebagai hutan konifer, merupakan bioma terluas di bumi.
Bioma ini memiliki curah hujan 35 cm sampai dengan 40 cm per tahun. Daerah ini
sangat basah karena penguapan yang rendah. Tanah di bioma taiga bersifat asam.
Bioma taiga terdapat di daerah yang beriklim sedang, dengan curah hujan sekitar
100 cm per tahun. Terdapat di Amerika bagian utara dan selatan, Eropa bagian
barat, dan Asia bagian timur. Tumbuhan yang hidup di bioma taiga umumnya konifer
dan pinus. Hewan yang hidup di bioma ini di antaranya adalah rusa, beruang
hitam, salamander, dan tupai.
f.
Tundra
Bioma
tundra terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub utara yang memiliki curah
hujan yang rendah. Oleh karena itu, hutan tidak dapat berkembang di daerah ini.
Pada musim dingin, air dalam tanah dingin dan membeku sehingga tumbuhan tidak
dapat tumbuh besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut.
Binatang yang dapat ditemui di bioma ini, antara lain beruang kutub, reindeer
(rusa kutub), serigala, dan burung-burung yang bermigrasi ketika musim-musim
tertentu
Gambar 3. Macam-macam ekosistem
daratan
2.
Ekosistem
Perairan
Ekosistem
darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa perairan. Terdiri atas ekosistem
air tawar dan ekosistem air laut.
a. Ekosistem air tawar
Ciri-ciri
ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak
adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum
hewan terdapat dalam air tawar. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air
tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa,
termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
b. Ekosistem air laut
Ekosistem
air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
· Ekosistem laut ditandai oleh
salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55%
terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di
daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan
bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian
atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin.
· Ekosistem pantai letaknya berbatasan
dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai
dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Daerah
paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting
dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang
rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan
kerang, siput herbivor dan karnivor, kepiting, landak laut, bintang laut, dan
ikanikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut.
Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
· Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya
sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal
yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari
daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian
dengan pasang surut airnya. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari. Komunitas
tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting,
dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan
estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar.
Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu
unggas air.
· Terumbu karang. Di laut tropis, pada
daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang batu dan
organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah
komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat
berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan
kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium
karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang
lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme
mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikroorganisme, dan
ikan hidup di antara karang dan ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut,
ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivor. Fungsi dari
terumbu karang antara lain sebagai:
a) Penahan gelombang sehingga erosi
tepai pantai dapat dikurangi
b) Tempat tinggal tetap atau sementara
bagi berbagai jenis hewan serta tempat persembunyian yang paling aman bagi
hewan-hewan kecil
c) Tempat tumbuhnya berbagai macam
zooxantelle dan alga, sehingga pada siang hari menghasilkan O2 yang
diperlukan ikan
d) Sumber penghasilan dan makanan bagi
masyarakat pesisir karena potensi perikanan terumbu karang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi
e) Bahan obat-obatan penyakit kanker
berasal dari biota terumbu karang
f)
Tujuan pariwisata yang indah
Gambar 4.
Macam-macam ekosistem perairan (a) ekosistem laut, (b) ekosistem pantai,
(c) estuari, (d) terumbu karang
|
B.
Manfaat
Biodiversitas
Keanekaragaman
hayati memiliki nilai yang sangat tinggi untuk keberlangsungan kehidupan
manusia. Dengan mengetahui potensi dari nilai dan pemanfaatan keanekaragaman
hayati, diharapkan kita mampu melakukan kegiatan-kegiatan pemanfaatan secara
lestari untuk mempertahankan kekayaan sumber daya hayati. Nilai dan manfaat
keanekaragaman hayati tersebut antara lain:
1.
Kebutuhan
dasar, yaitu kebutuhan yang bersifat mutlak , seperti:
– Sandang (ulat sutra, bulu domba,
kapas).
– Pangan (serealia/biji - bijian, umbi
- umbian, sayur, buah, telur, daging, susu dan sebagainya).
– Papan (meranti, jati, sengon, pohon
sawo, dan sebagainya).
– Udara bersih (pepohonan).
2.
Kebutuhan
Sekunder, kebutuhan untuk lebih menikmati hidup, misalnya:
– Transportasi (kuda, onta, sapi).
– Rekreasi (hutan, taman bunga, tanaman
hias, keindahan bawah laut, hewan piaraan dan sebagainya).
3.
Manfaat
ekonomi
Keanekaragaman
hayati dapat menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang manfaatnya dapat
ditukar dengan uang, misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang
diperdagangkan
4. Manfaat Sosial Budaya
Bagi
suatu negara tertentu, keanekaragaman hayati dapat memberikan kebanggaan karena
keindahan atau kekhasannya, seperti: karapan sapi di madura, ukiran jepara dari
kayu jati, lukisan wayang dari kulit domba dan sebagainya.
5. Manfaat dalam Ilmu pengetahuan dan
Teknologi
Hingga
saat ini masih banyak jenis hewan dan tumbuhan yang belum dipelajari dan belum
diketahui manfaatnya.
Keanekaragaman hayati masih terus diteliti oleh para ahli, karena
sebagai sumber ilmu atau tujuan lain (misalnya: pemuliaan hewan dan
tumbuhan, pelestarian alam, pencarian alternatif bahan pangan dan energi dan
sebagainya). Dengan demikian keadaan ini
masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian
bagi berbagai bidang pengetahuan.
6. Manfaat
Ekologis
Setiap sumberdaya alam merupakan
unsur ekosistem alam. Misalnya suatu tumbuhan memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan yang penting karena
dapat berfungsi sebagai paru-paru bumi, menjaga kestabilan iklim global,
pelindung tata air dan kesuburan tanah. Selain itu, suatu jenis satwa juga dapat
menjadi key species yang menjadi kunci keseimbangan alam. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di
ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan
oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya
perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
7. Manfaat
farmasi
Manusia
telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk kepentingan medis. Selain
pengobatan tradisional, pengobatan moderenpun sangat tergantung pada keragaman
hayati terutama tumbuhan dan mikroba. Sumber daya dari tanaman liar, hewan dan
mikroorganisme juga sangat penting dalam pencarian bahan-bahan aktif bidang
kesehatan. Banyak obat-obatan yang digunakan saat ini berasal dari tanaman;
beberapa antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru
ditemukan setiap saat.
8. Manfaat Industri
Keanekaragaman
hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat mendatangkan devisa
untuk industri). Misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan
perkebunan. Bahan-bahan industri misalnya: kayu gaharu dan cendana untuk
industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk meubel, teh dan kopi untuk
industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu untuk
menghasilkan alkohol. Rempah-rempah, misalnya lada, vanili, cabai, bumbu dapur.
Perkebunan misalnya: kelapa sawit dan karet.
C.
Biogeografi
Biogeografi
adalah ilmu yang mempelajari penyebaran makhluk hidup atau organisme di bumi.
Makhluk hidup itu banyak jenisnya. Baik dari multiseluler ataupun uniseluler.
Semuanya tersebar secara merata di permukaan bumi berdasarkan kemampuan
masing-masing makhluk hidup tersebut untuk beradaptasi dengan lingkungan. Organisme
yang tidak bisa beradaptasi akan sangat sulit disebarkan dan sangat mudah
tereliminasi. Persebaran
makhluk hidup yang berbeda dapat ditentukan oleh geografis, seperti ketinggian,
garis lintang, dan keadaan iklim, misalnya curah hujan, suhu, dan radiasi
cahaya. Iklim adalah faktor utama yang menentukan tipe tanah dan
tipe tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut. Begitu pula dengan tumbuhan yang hidup di suatu daerah akan mempengaruhi
jenis fauna dan mikroorganisme yang dapat hidup di sekitarnya. Sebenarnya iklim
sangat bergantung pada matahari. matahari berfungsi sebagai pengatur
temperature dan intensitas cahaya bagi kehidupan yang ada di bumi. Kelembaban juga
mempengaruhi persebaran organisme yang ada di permukaan bumi. Kelembaban
sendiri juga dipengaruhi oleh temperatur dan cahaya matahari. Curah hujan juga
ikut mempengaruhi persebaran organisme
di muka bumi, semakin banyak curah hujan dan semakin tinggi temperature maka
semakin banyak pula organisme baik flora maupun faunanya.
Berdasarkan ciri
khas organismenya telah dikenal ada enam daerah biogeografi yaitu Australia,
Oriental, Ethiopia, Neotropika, Paleartik dan Neartik. Karena fauna Paleartik
dan Neartik hampir sama atau serupa, maka kedua daerah biogeografi ini
kadang-kadang digabung menjadi Holartik. Berikut adalah daerah-daerah biogeografi yang ada di dunia
dengan berbagai kekhasannya :
a. Oriental
wilayah yang termasuk ke dalam wilayah oriental adalah
Daerah Asia bagian selatan pegunungan Himalaya, India, Sri Langka, Semenanjung
Melayu, Sumatera, Jawa, Kalirnantan, Sulawesi, dan Filipina. Misalnya:
Siamang, Orang utan, Gajah, Badak, burung Merak.
b. Australia
Yang termasuk ke dalam wilayah Australia adalah Australia
Irian, Selandia Baru, dan kepulauan di Samudera Pasifik. Misalnya: Semua
Monotremata, Marsupialia (mammalia tidak berplasenta/mammalia berkantung),
Rodentia, Kelelawar, burung Kaswari, burung Cenderawasih, jenis-jenis burung
Kakaktua, ikan Paru-paru Australia dan burung Kiwi.
c. Neotropik
Wilayahnya yaitu Amerika
Selatan, Tengah, Meksiko dan Hindia Barat. Misalnya:
Armadillo, kelelawar Vampire, burung Kolibri.
d. Neartik
Yang termasuk ke dalam wilayah neartik yaitu Amerika
Utara dari dataran tinggi Meksiko sampai kawasan kutub utara dan Greenland.
Misalnya: Kambing gunung, Karibon, tikus air (Beaves),
reideer, dan pelikan.
e. Paleartik
Eurasia sebelah selatan ke Himalaya, Afghanistan, Iran
dan Afrika bagian utara dari gurun Sahara. Misalnya: Landak, Babi hutan dan Rusa kecil.
f. Ethiopia
Afrika, Madagaskar dan pulau-pulau sekitar Afrika. Misalnya: Gajah
Afrika, Gorilla, Simpanse, Badak Afrika, Singa, Kuda Nil, Zebra, Jerapah,
Burung unta.
D.
Biodiversitas
di Indonesia
Dipandang dari segi biodiversitas, posisi geografis
Indonesia sangat menguntungkan, Indonesia terletak didaerah khatulistiwa. Letak biogeografi Indonesia terpengaruh oleh letak
Astronomis Indonesia yaitu 6oLU- 11oLS dan antara 95oBT-141oBT
yang termasuk daerah beriklim tropis sehingga fauna-fauna yang ada di Indonesia
adalah tipe-tipe fauna wilayah tropis. Selain letak astronomis, letak geografis
Indonesia terletak antara 2 benua yaitu benua Asia (wilayah oriental) dan benua
Australia (wilayah Australian) sehingga menyebabkan tipe-tipe fauna Indonesia
mengalami banyak kesamaan dengan tipe-tipe fauna yang ada di kedua kawasan
tersebut. Dengan
posisi seperti ini Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki kekayaan
keanekaragaman hayati terbesar didunia.
Penyebab
terjadinya biogeografi di Indonesia adalah karena adanya penghalang geografi
(barrier) / sawar yang merupakan faktor penghambat persebaran organisme.
Sawar ada 3 macam, yaitu:
1) Sawar iklim yang meliputi temperature
rata-rata, kelembaban, musim, sinar matahari, dll.
2) Sawar biologis yaitu adanya
persaingan,penyakit, predator dan makanan yang tersedia.
3) Sawar fisik seperti
gunung yang tertinggi, gurun pasir, sungai, lautan yang dapat membatasi
penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies.
Adanya isololasi geografi juga
menyebabkan perbedaan susunan organisme di suatu daerah sehingga menyebabkan
suatu organisme hanya ada di suatu tempat tertentu. Hambatan geografis
berdasarkan proses alam yang menyebabkan keadaan biogeografi Indonesia berubah
yaitu pada masa pleistosin terjadi perubahan permukaan air laut di seluruh
dunia disebabkan karena mencairnya lapisan es dan gletser sehingga permukaan
air laut naik kurang lebih 150 m.
Hal ini mengakibatkan
perubahan-perubahan daratan Indonesia, di Indonesia bagian barat daratan sunda
tenggelam dan hanya bagian yang tinggi dari lipatan pegunungan yang tertinggal
sebagai kepulauan selain itu di Indonesia bagian timur daratan sahul juga
tenggelam. Papua terpisah dari Australia dan membentuk laut Arafuru dan daerah
daerah yang tinggi membentuk pulau-pulau seperti kepulauan aru dan daerah
kepala burung di Papua. Jadi Indonesia memiliki kesamaan fauna dengan wilayah
Australian dan oriental karena pada jaman dahulu sebelum mencairnya lapisan es
dan gletser Indonesia dan kedua wilayah tersebut menyatu. Hal ini lah yang
menyebabkan fauna Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan wilayah Australian
dan oriental.
Beberapa
keunikan Biodiversitas yang dimiliki oleh Indonesia antara lain:
1.
Keanekaragaman
tinggi.
Indonesia
terletak di daerah tropis sehingga memiliki keanekaragaman tinggi bila
dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub. Keanekaragaman
tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan hujan tropis. Di
dalam hutan hujan tropis terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan hewan
(fauna) yang belum dimanfatkan atau masih liar. Di dalam tubuh hewan atau
tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di
masa mendatang.
2.
Memiliki
hewan tipe oriental, Australian, dan peralihan.
Pada tahun 1858, Alfred
Russel Wallace, yang hidup sezaman dengan Charles Darwin dan membantu
mencetuskan teori evolusi seleksi alam, mengenal pola perbedaan antarsatwa
pulau di Indonesia. Ia tidak mengira bahwa Kalimantan dan Sulawesi
mempunyai jenis burung berbeda meski tidak dipisahkan oleh pembatas utama
seperti fisik dan iklim. Berdasar pengamatannya, pada tahun 1859, Wallace
menetapkan dua wilayah utama dengan menggambar garis batas di sebelah
timur Kalimantan dan Bali, memisahkan satwa bagian barat dan
timur. Garis Wallace membelah Selat Makassar menuju ke selatan
hingga Selat Lombok. Jadi, garis tersebut memisahkan wilayah oriental
(termasuk Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australian
(Sulawesi, Papua, Irian Jaya, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur).
Gambar
5. Pola persebaran satwa di Indonesia
Keunikan
hewan-hewan yang termasuk daerah oriental, antara lain:
a) Banyaknya spesies mamalia yang
ukurannya besar seperti gajah, banteng, harimau, badak
b) Terdapat berbagai jenis primate
seperti kera, orang utan, luntung, bekantan
c) Terdapat berbagai jenis burung yang
memiliki suara lebih merdu bila dibandingkan burung daerah Australian seperti
jalak bali, elang jawa
d) Tidak terdapat mamalia berkantung.
Sedangkan hewan-hewan yang termasuk
daerah Autralian yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara memiliki
ciri-ciri antara lain:
a) Banyak hewan berkantung (kaskus,
kanguru).
b) Mamalia berukuran tubuh kecil.
c) Terdapat berbagai jenis burung
dengan keanekaragaman warna.
Hewan-hewan yang termasuk wilayah
peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang terbentang dari
Sulawesi sampai kepulauan Maluku, antara lain maleo, berbagai jenis kupu-kupu,
primate primitive (Tarsius spectra), anoa, dan babi rusa.
3.
Indonesia
kaya akan flora Malesiana.
Malesiana
adalah suatu daerah luas yang meliputi Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua
Nuguni, dan Kepulauan Solomon. Daerah Malesiana memiliki iklim tropis dan curah
hujan yang relative tinggi. Maka daerah ini merupakan pemusatan pertumbuhan
berbagai jenis vegetasi. Hutan di Indonesia (seperti wilayah Malesiana )
merupakan bioma hutan hujan tropis, yang di dominasi oleh pohon dari familia
Dipterocarpaceae dan tumbuhan yang memanjat (liana). Selain hutan hujan tropis,
Indonesia juga mempunyai hutan musim dan padang rumput. Di Indonesia juga
terdapat hutan pantai dimana banyak dijumpai berbagai tumbuhan seperti pandan (Pandanus tectorius), bakung, dan bakau.
4.
Indonesia
kaya akan hewan dan tumbuhan endemik.
Indonesia
merupakan negara dengan tingkat endemik (endemisme) yang tinggi. Untuk dapat
dikatakan endemik suatu satwa harus ditemukan hanya di suatu tempat dan tidak
ditemukan di tempat lain. Diperkirakan Indonesia mempunyai lebih 165 jenis mamalia endemik, 397 jenis burung
yang endemik Indonesia, lebih dari 150 reptilia, dan lebih dari 100 spesies
ampibi yang tercatat endemik di Indonesia. Contoh hewan endemik di Indonesia :
a) Harimau jawa b) Harimau bali c) Badak bercula satu d) Jalak bali putih e)
Binturong f) Burung maleo g) Komodo. Contoh tumbuhan endemik di Indonesia : a)
Raflesia patma di Nusakambangan dan Pangandaran. b) Raflesia arnoldi endemik di
Bengkulu, Sumatra Barat, dan Aceh. c) Raflesia borneensisi di Kalimantan.
Gambar 6.
Contoh hewan endemic (a) Anoa dataran rendah (b) Babirusa Sulawesi (c) Badak
bercula satu
5.
Terdapat
berbagai hewan dan tumbuhan langka.
Contoh hewan langka di Indonesia :
a) Harimau jawa b) Macan Kumbang c) Tapir d) Komodo e) banteng f) cenderawasih
dll. Contoh tumbuhan langka di Indonesia : a) Bedali b) Gandaria c) Bungur d)
Nangka celeng e) mundu dll
Meskipun di Indonesia terdapat banyak jenis fauna yang
memperkaya keanekaragaman hayati di Indonesia, namun dengan berbagai alasan ada
satwa yang telah punah. Beberapa alasan yang menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati tersebut adalah :
1.
Pencemaran
Bahan pencemar berasal dari limbah pabrik, asap
kendaraan bermotor, limbah rumah tangga, sampah yang tidak dapat didaur ulang
lingkungan secara alami, dan bahan-bahan berbahaya lain. Bahan pencemar ini
dapat membunuh makhluk hidup, termasuk mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan
sehingga mengurangi keanekaragamannya.
2.
Kerusakan
Habitat
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal makhluk hidup.
Kerusakan habitat merupakan penyebab utama kepunahan makhluk hidup. Jika
habitat rusak, makhluk hidup tidak memiliki tempat untuk hidup. Kerusakan
habitat dapat diakibatkan terjadi karena ulah manusia yang telah mengubah
fungsi ekosistem, misalnya hutan ditebang, dijadikan lahan pertanian,
permukiman, dan akhirnya berkembang menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut
mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen. Perusakan
terumbu karang di laut juga dapat menurunkan keanekaragaman hayati laut.
Ikan-ikan serta biota laut yang hidup dan bersembunyi di terumbu karang tidak
dapat hidup tenang, beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan telurnya
karena terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan merugikan
nelayan dan mengakibatkan harga ikan meningkat. Selain akibat aktivitas
manusia, kerusakan habitat diakibatkan juga oleh bencana alam, misalnya, gunung
meletus, kebakaran, dan banjir.
3.
Penggunaan Pestisida
Pestisida
berfungsi untuk membasmi makhluk hidup pengganggu (hama) pada tanaman. Akan
tetapi, jika digunakan secara berlebihan, akan menyebar ke lingkungan
sekitarnya dan meracuni makhluk hidup yang lain, termasuk mikroba, jamur,
hewan, dan tumbuhan lainnya. Contoh pestisida adalah herbisida, fungisida, dan
insektisida.
4.
Eksploitasi Secara
Berlebihan
Eksploitasi sumber daya alam dikatakan berlebihan jika jumlah
sumber daya alam yang diambil lebih besar dibandingkan dengan kemamuan
memperbarui diri sumber daya alam yang diambil.
5.
Seleksi
Seleksi adalah memilih sesuatu yang disukai menurut penilaian individu. Secara tidak sengaja perilaku seleksi akan mempercepat kepunahan makhluk hidup. Misalnya, kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul, seperti jambu bangkok, jeruk mandarin, dan mangga gedong. Sebaliknya, kita menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul, contohnya, jeruk pacitan dan mangga curut.
Seleksi adalah memilih sesuatu yang disukai menurut penilaian individu. Secara tidak sengaja perilaku seleksi akan mempercepat kepunahan makhluk hidup. Misalnya, kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul, seperti jambu bangkok, jeruk mandarin, dan mangga gedong. Sebaliknya, kita menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul, contohnya, jeruk pacitan dan mangga curut.
E.
Konservasi dan Kriteria Kelangkaan
Spesies
Konservasi
itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con
(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya
memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara
bijaksana (wise use). Jadi, konservasi adalah upaya pelestarian
lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat
itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk
pemanfaatan masa depan. Suatu program konservasi sedapat mungkin
tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun juga dapat mendatangkan
nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas. Adapun definisi operasional konservasi antara lain:
a.
Preservasi : perlindungan sumber daya alam dari eksploitasi
komersial untuk memperpanjang pemanfaatannya
b.
Restorasi : koreksi dari kesalahan-kesalahan masa
lalu yang telah membahayakan produktivitas sumberdaya alam
c. Benefisiasi : meningkatkan manfaat mutu dari suatu
sumberdaya alam
d. Maksimisasi : semua tindakan untuk menghindari pemborosan
e. Substitusi : penggunaan sumberdaya alam yang umum
sebagai pengganti yang langka, atau, penggunaan sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui sebagai pengganti yang tidak dapat diperbaharui
f. Alokasi : strategi penggunaan terbaik dari suatu
sumberdaya
g. Integrasi : memaksimmkan jumlah barang dan jasa
dari suatu sumberdaya atau kompleks sumberdaya alam, misalnya,
sumberdaya daerah aliran sungai
h.
Daur
ulang : penggunaan kembali bahan-bahan
buangan
Secara keseluruhan,
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati (KSDAH) adalah pengelolaan sumberdaya alam
hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
nilai dan keanekaragamannya. Banyak motif untuk melakukan konservasi antara lain:
a.
Motif Etik
Manusia bertanggung jawab atas perlakuan dan
penggunaan sumberdaya secara bijaksana sumberdaya alam hayati. Manusia dipercaya Tuhan untuk membina hidup
dan kehidupan di muka bumi .
b.
Motif Estetik
keindahan alam dalam bentuk bentang alam, formasi
geologis, tetumbuhan, dan binatang alam akan selalu menjadi salah satu alasan
pokok konservasi alam di mana pun dan kapan pun
c.
Motif Produksi
hasil alam
(non-budidaya) sangat penting di mana pun di muka bumi ini. Berjuta penduduk telah ditopang hidupnya oleh
hasil alam ini. Konservasi biodiversity
bertujuan langsung pada upaya pengelolaan secara efektif dan bijaksana dari
hasil-hasil alam ini
d.
Motif Alam sebagai Persekutuan
Nilai alam akan sangat
ditentukan oleh terjaganya keutuhan dari persekutuan alam. Dengan demikian, misalnya kita harus mencegah
penggundulan hutan dan erosi tanah karena tanah merupakan tempat berpijak atau
substrat bagi penghasil karbohidrat yaitu tumbuhan, lalu kita pun harus menjaga
keseimbangan ekologis alam, tidak merusak jaring dan tidak meghilangkan rantai
makanan .
e.
Motif Perbaikan spesies budidaya
tanaman budidaya dan
hewan ternak seringkali memerlukan program perbaikan genetik mengingat
ketahanannya terhadap penyakit atau produktivitasnya menurun. Untuk maksud ini, tentu sumber genetik harus
diambil dari alam
f.
Motif Manfaat potensial
Saat ini manusia hanya
terbatas pada penggunaan beberapa spesies tumbuhan dan hewan saja yang
merupakan sebagian kecil saja dari total spesies yang disediakan oleh
alam. Pada saatnya nanti dan bahkan saat
ini juga, tumbuhan dan satwaliar perlu dikembangkan untuk tujuan keanekaragaman
makanan, serta obat-obatan. Kawasan konservasi merupakan tempat terakhir
(= the last stand) di alam bagi spesies liar untuk melangsungkan
evolusinya (genepools)
g.
Motif Penelitian ilmiah
penelitian dasar maupun
terapan
h.
Motif Pendidikan
lingkungan alam sangat
baik untuk mendidik anak-anak, remaja,
maupun dewasa bahkan para eksekutif pemerintahan, bagaimana alam bekerja
sehingga nantinya terbentuk kader-kader pengelola sumberdaya alam yang
bijaksana
i.
Motif
Kesehatan bersama
penyakit mental, kenakalan remaja, dan unsur-unsur
lingkungan merupakan indikator-indikator yang baik bagi kasus-kasus
pencemaran. Kegiatan rekreasi alam telah
terbukti sangat manjur untuk mengatasi penyakit mental dan kenakalan remaja
perkotaan
j.
Motif Turisme
pengembangan kepariwisataan akan terjadi keterbukaan
wilayah, kesempatan berusaha dan
lapangan kerja. Kepariwisataan bisa menyediakan lapangan kerja jauh lebih
besar dari sekedar industri perminyakan. Kepariwisataan
melibatkan banyak aspek, mulai dari penyediaan prasarana dan sarana pariwisata,
industri pariwisata dan pelayanan.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan
untuk memelihara dan melestarikan keanekaragaman hayati tersebut seperti
penghijauan (reboisasi), pemuliaan, pelestarian in situ maupun ex situ serta
penegakan hukum dan kebijakan nasional dan internasional.
1.
Penghijauan (reboisasi)
Reboisasi
atau penghijuan dapat menigkatkan keanekaragaman hayati dengan cara menanam
pohon-pohon baru di lingkungan yang kritis. Tindakan reboisasi ini tentunya harus
diikuti perawatan tanaman supaya tujuan penghijauan dapat tercapai.
2.
Pemuliaan
Pemuliaan
adalah usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan perkawinan silang.
Usaha pemuliaan akan menghasilkan varian baru. Oleh sebab itu, pemuliaan hewan
dan tumbuhan dapat meningkatkan keanekaragaman gen.
3.
Pelestarian in situ
Pelestarian
insitu adalah pelestarian didalam habitan aslinya, misalnya mendirikan cagar
aalm ujung kulon dan taman nasional komodo.
4.
Pelestarian ex situ
Adalah
pelesstarian diluar habitat aslinya , misalnya penangkaran hewan didalam kebun
binatang contohnya taman ragunan dan taman safari bogor
5.
Penegakan hukum
Adapun penegakan hukum dan kebijakan nasional dan
internasional ini sebenarnya tergantung kepada masing-masing wilayah.
Kategori Status
Konservasi IUCN
IUCN adalah singkatan dari International Union
for Conservation of Nature and Natural Resources. IUCN adalah
sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya
alam. Badan ini didirikan pada tahun 1948 dan berpusat di Gland, Switzerland.
IUCN beranggotakan 78 negara, 112 badan pemerintah, 735 organisasi non
pemerintah dan ribuan ahli dan ilmuwan dari 181 negara. Tujuan IUCN adalah
membantu komunitas di seluruh dunia dalam konservasi alam.
Kategori Status konservasi IUCN Red List merupakan
kategori yang digunakan oleh IUCN dalam melakukan klasifikasi terhadap
spesies-spesies berbagai makhluk hidup yang terancam kepunahan. Dari status
konservasi ini, kemudian IUCN mengeluarkan IUCN Red List of Threatened Species
atau disingkat IUCN Red List, yaitu daftar status kelangkaan suatu spesies.
IUCN Red List menetapkan kriteria untuk mengevaluasi status kelangkaan suatu
spesies. Kriteria ini relevan untuk semua spesies di seluruh dunia. Tujuannya
adalah untuk memperingatkan betapa pentingnya masalah konservasi kepada publik
dan pembuat kebijakan untuk menolong komunitas internasional dalam memperbaiki
status kelangkaan spesies. Kategori Status Konservasi dalam IUCN Redlist,
meliputi :
1.
Extinct (EX;
Punah) adalah status
konservasi yag diberikan kepada spesies yang terbukti (tidak ada keraguan
lagi) bahwa individu terakhir spesies tersebut sudah mati. Contoh satwa
Indonesia yang telah punah diantaranya adalah; Harimau Jawa dan Harimau Bali.
2.
Extinct in the
Wild (EW; Punah Di Alam Liar)
adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui
berada di tempat penangkaran atau di luar habitat alami mereka.
3.
Critically
Endangered (CR; Kritis) adalah status
konservasi yang diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di
waktu dekat. Contoh satwa Indonesia yang berstatus kritis antara lain; Harimau
Sumatra, Badak Jawa, Badak Sumatera, Jalak Bali, Orangutan Sumatera, Elang
Jawa, Trulek Jawa, Rusa Bawean.
4.
Endangered (EN;
Genting atau Terancam) adalah status
konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko
kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang. Contoh satwa
Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Banteng, Anoa, Mentok Rimba,
Maleo, Tapir, Trenggiling, Bekantan, dan Tarsius.
5.
Vulnerable (VU;
Rentan) adalah status
konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko
kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang. Contoh satwa Indonesia yang
berstatus Terancam antara lain; Kasuari, Merak Hijau, dan Kakak Tua Maluku.
6.
Near Threatened
(NT; Hampir Terancam) adalah status
konservasi yang diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan
terancam atau mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status
terancam.. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain;
Alap-alap Doria, Punai Sumba.
7.
Least Concern
(LC; Berisiko Rendah) adalah kategori
IUCN yang diberikan untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke
dalam kategori manapun. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara
lain; Ayam Hutan Merah, Ayam Hutan Hijau, dan Landak.
8.
Data Deficient
(DD; Informasi Kurang), Sebuah takson
dinyatakan “informasi kurang” ketika informasi yang ada kurang memadai untuk
membuat perkiraan akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status
populasi. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Punggok
Papua, Todirhamphus.
9.
Not Evaluated
(NE; Belum dievaluasi); Sebuah takson
dinyatakan “belum dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria
di atas.
F.
Kebijakan
Keanekaragaman Hayati
Peraturan
perundangan yang terbaru terkait dengan keanekaragaman hayati di Indonesia
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteran manusia serta makhluk hidup
lainnya. Sedangkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan
sebagai upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfatan, pengendalian, pemeliharaan. Pengedalian pecemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup ini terdiri dari 3P yaitu pencegahan,
penanggulangan, pemulihan
Adapun peraturan perundangan
yang lain terkait dengan keanekaragaman hayati antara lain:
- Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
- Undang–Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman
- Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
- Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Karantina Tumbuhan
- Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Karantina Ikan
- Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
- Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestraian Alam
- Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 2004 tentang Perizinan atau Perjanjian di Bidang Pertambangan yang Berada di Kawasan Hutan
- Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional
- Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Lembaga Konservasi
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 02 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Perbenihan Tanaman Hutan
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Tatacara Evaluasi Fungsi Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru.
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman
- KepMen Kehutanan & Perkebunan Nomor 55 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Ikan Raja Laut (Latimeria Menadoensis) Sebagai Satwa yang Dilindungi
- KepMen Kehutanan & Perkebunan Nomor 104 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Mengambil Tumbuhan Liar & Menangkap Satwa Liar
- KepMen Kehutanan & Perkebunan Nomor 385 Tahun 1999 Tentang Penetapan Lola Merah (Trochus Niloticus) Sebagai Satwa Buru
- KepMen Kehutanan & Perkebunan Nomor 449 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Burung Walet (Collocalia) Di Habitat Alami (In-Situ) dan Habitat Buatan (Ex-Situ)
- Kep Bersama Menteri Pertanian, Kehutanan, Kesehatan, Pangan Nomor 998.1 Tahun 1999 Tentang Keamanan Hayati & Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika
- Kep DIRJEND Perlindungan & Konservasi Alam Nomor 66 Tahun 2000 Tentang Kuota Pengambilan Tumbuhan & Penangkapan Satwa Liar Yang Tidak Dilindungi UU
- Kep DIRJEND Perlindungan & Konservasi Alam Nomor 200 Tahun 1999 Tentang Penetapan Jatah & Pengambilan Tumbuhan Alam & Satwa Liar yang Tidak Dilindungi UU untuk Periode Tahun 2000
1 komentar:
As reported by Stanford Medical, It is in fact the SINGLE reason women in this country get to live 10 years longer and weigh on average 19 KG lighter than us.
(And by the way, it really has NOTHING to do with genetics or some secret diet and EVERYTHING to about "how" they are eating.)
P.S, I said "HOW", and not "WHAT"...
TAP on this link to uncover if this little quiz can help you release your true weight loss possibility
Posting Komentar