RSS

Senin, 29 Juni 2015

BIODIVERSITAS



A.      Pengertian Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas)
Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.

Keanekaragaman hayati adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis. Dengan demikian dari berbagai pengertian diatas dapat kita simpulkan pengertian biodiversitas atau yang kita kenal dengan keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup dan hal-hal yang berhubungan dengan ekologinya, dimana makhluk hidup tersebut terdapat.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
1.         Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis. Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebab terjadinya keanekaragaman gen. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami atau secara buatan. Keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan silang (hibridisasi). Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen antara lain: variasi jenis padi: padi Rojo lele, padi Gogo, padi IR64, dll. Contoh yang lain misalnya pada variasi jenis ayam : ayam bangkok, ayam kampung, ayam kate, dll. Pada manusia juga menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain ukuran tubuh (besar, kecil, sedang), warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning), warna mata (biru, hitam, coklat), bentuk rambut (ikal, lurus, keriting)
Gambar 1. Keanekaragaman tingakat gen pada ayam
2.         Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, dapat diamati melalui ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain. Sebagai contoh dalam keluarga kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut dapat dengan mudah dibedakan, karena antara mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda. Contoh yang lain adalah keanekaragaman pada keluarga kucing seperti harimau, singa, citah dan kucing. Walaupun hewan-hewan tersebut termasuk dalam satu familia/ suku Felidae tetapi diantara mereka terdapat perbedaan atau variasi sifat pada kucing, harimau, singa dan citah yang termasuk dalam familia/suku Felidae. Variasi pada suku Felidae ini menunjukkan keanekaragaman pada tingkat jenis. Hal yang sama terdapat juga pada tanaman kelapa, aren, pinang, dan lontar yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae.

Gambar 2. Keanekaragaman tingakat jenis pada suku Felidae
3.         Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Interaksi antar organisme didalam ekosistem ditentukan oleh komponen biotik dan abiotik yang menyusunnya. Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Sedangkan Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Komponen abiotik dapat berupa suhu, iklim, air, kadar garam, cahaya matahri, tanah, dll
Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, Hal ini disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.
Di bumi ada bermacam-macam ekosistem yaitu ekosistem alam dan buatan. Ekosistem alam adalah ekosistem yang terbentuk secara alami tanpa adanya campur tangan manusia. Ekosistem alami dibedakan menjadi yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia. Contoh ekosistem buatan adalah ekosistem kolam, ekosistem akuarium, bendungan, ekosistem hutan tanaman industri, agroekosistem
1.         Ekosistem Darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Terdiri atas beberapa macam bioma antara lain bioma gurun, padang rumput, hutan hujan tropis, hutan gugur, taiga, dan tundra.
a.         Bioma Gurun
Gurun merupakan daerah kering yang curah hujannya hanya 20 cm per tahun. Vegetasi dominan pembentuk bioma gurun adalah kaktus. Adapun hewan yang hidup di bioma ini umumnya aktif pada malam hari atau nokturnal. Kelembaban udara sangat rendah. Perbedaan suhu siang haridengan malam hari sangat tinggi (siang hari dapat mencapai 45oC, malam dapat turun sampai 0 oC). Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air. Ekosistem gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat.

b.         Padang rumput
Bioma ini memiliki karakteristik beriklim sedang, dengan curah hujan berkisar antara 25–75 cm/tahun dan vegetasi dominannya adalah rumput. Adapun hewan yang hidup di bioma ini adalah kelinci, serigala, dan kuda. Ekosistem padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia.
c.         Hutan Hujan Tropis
Bioma hutan hujan tropis terdapat di kawasan garis khatulistiwa di seluruh dunia, seperti Asia tengah termasuk Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika, serta Australia. Hutan hujan tropis memiliki temperatur dengan kisaran 25°C per tahun dan curah hujan yang tinggi sekitar 200 cm per tahun. Tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma ini paling beragam (memiliki keanekaragaman paling tinggi) dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma-bioma lainnya. Tumbuhan yang khas yang hidup di bioma ini adalah tumbuhan liana (tumbuhan merambat) seperti rotan dan tumbuhan epifit seperti anggrek. Hewan yang khas di bioma ini adalah harimau, badak, babi hutan, dan orangutan.
d.        Hutan Gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang dan tersebar di Amerika Timur, Eropa Tengah, dan Asia Timur. Bioma ini memiliki ciri-ciri suhu yang sangat rendah pada musim dingin dan sangat panas pada musim panas (-30°C hingga 30°C). Curah hujan tinggi dan merata, serta jenis pohon yang dapat menggugurkan daunnya pada saat musim panas (pada hutan gugur daerah tropis) dan pada saat musim dingin (pada hutan gugur iklim sedang). Hewan yang hidup di bioma ini antara lain tikus, beruang, bajing dan burung. Beberapa hewan pada bioma ini dapat melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang selama musim dingin dengan terlebih dahulu mengkonsumsi banyak makanan.
e.         Taiga
Bioma taiga dikenal sebagai hutan konifer, merupakan bioma terluas di bumi. Bioma ini memiliki curah hujan 35 cm sampai dengan 40 cm per tahun. Daerah ini sangat basah karena penguapan yang rendah. Tanah di bioma taiga bersifat asam. Bioma taiga terdapat di daerah yang beriklim sedang, dengan curah hujan sekitar 100 cm per tahun. Terdapat di Amerika bagian utara dan selatan, Eropa bagian barat, dan Asia bagian timur. Tumbuhan yang hidup di bioma taiga umumnya konifer dan pinus. Hewan yang hidup di bioma ini di antaranya adalah rusa, beruang hitam, salamander, dan tupai.
f.          Tundra
Bioma tundra terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub utara yang memiliki curah hujan yang rendah. Oleh karena itu, hutan tidak dapat berkembang di daerah ini. Pada musim dingin, air dalam tanah dingin dan membeku sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut. Binatang yang dapat ditemui di bioma ini, antara lain beruang kutub, reindeer (rusa kutub), serigala, dan burung-burung yang bermigrasi ketika musim-musim tertentu

Gambar 3. Macam-macam ekosistem daratan

2.         Ekosistem Perairan
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa perairan. Terdiri atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
a.       Ekosistem air tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosis­tem air tenang adalah danau dan rawa, terma­suk ekosistem air mengalir adalah sungai.

b.      Ekosistem air laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
·      Ekosistem laut ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin.
·      Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pa­sang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivor dan karnivor, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan­ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
·      Estuari (muara) merupakan tempat ber­satunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, gang­gang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupa­kan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
·      Terumbu karang. Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga foto­sintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro­organisme, dan ikan hidup di antara karang dan ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivor. Fungsi dari terumbu karang antara lain sebagai:
a)      Penahan gelombang sehingga erosi tepai pantai dapat dikurangi
b)      Tempat tinggal tetap atau sementara bagi berbagai jenis hewan serta tempat persembunyian yang paling aman bagi hewan-hewan kecil
c)      Tempat tumbuhnya berbagai macam zooxantelle dan alga, sehingga pada siang hari menghasilkan O2 yang diperlukan ikan
d)     Sumber penghasilan dan makanan bagi masyarakat pesisir karena potensi perikanan terumbu karang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
e)      Bahan obat-obatan penyakit kanker berasal dari biota terumbu karang
f)       Tujuan pariwisata yang indah

Gambar 4. Macam-macam ekosistem perairan (a) ekosistem laut, (b) ekosistem pantai, (c) estuari, (d) terumbu karang
  
B.       Manfaat Biodiversitas
Keanekaragaman hayati memiliki nilai yang sangat tinggi untuk keberlangsungan kehidupan manusia. Dengan mengetahui potensi dari nilai dan pemanfaatan keanekaragaman hayati, diharapkan kita mampu melakukan kegiatan-kegiatan pemanfaatan secara lestari untuk mempertahankan kekayaan sumber daya hayati. Nilai dan manfaat keanekaragaman hayati tersebut antara lain:
1.         Kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan yang bersifat mutlak , seperti:
      Sandang (ulat sutra, bulu domba, kapas).
      Pangan (serealia/biji - bijian, umbi - umbian, sayur, buah, telur, daging, susu dan sebagainya).
      Papan (meranti, jati, sengon, pohon sawo, dan sebagainya).
      Udara bersih (pepohonan).
2.         Kebutuhan Sekunder, kebutuhan untuk lebih menikmati hidup, misalnya:
      Transportasi (kuda, onta, sapi).
      Rekreasi (hutan, taman bunga, tanaman hias, keindahan bawah laut, hewan piaraan dan sebagainya).
3.         Manfaat ekonomi
Keanekaragaman hayati dapat menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang manfaatnya dapat ditukar dengan uang, misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang diperdagangkan
4.       Manfaat Sosial Budaya
Bagi suatu negara tertentu, keanekaragaman hayati dapat memberikan kebanggaan karena keindahan atau kekhasannya, seperti: karapan sapi di madura, ukiran jepara dari kayu jati, lukisan wayang dari kulit domba dan sebagainya.
5.       Manfaat dalam Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Keanekaragaman hayati masih terus diteliti oleh para ahli, karena sebagai sumber ilmu atau tujuan lain (misalnya: pemuliaan hewan dan tumbuhan, pelestarian alam, pencarian alternatif bahan pangan dan energi dan sebagainya). Dengan demikian keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan.
6.       Manfaat Ekologis
Setiap sumberdaya alam merupakan unsur ekosistem alam. Misalnya suatu tumbuhan memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan yang penting karena dapat berfungsi sebagai paru-paru bumi, menjaga kestabilan iklim global, pelindung tata air dan kesuburan tanah. Selain itu, suatu jenis satwa juga dapat menjadi key species yang menjadi kunci keseimbangan alam. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
7.       Manfaat farmasi
Manusia telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk kepentingan medis. Selain pengobatan tradisional, pengobatan moderenpun sangat tergantung pada keragaman hayati terutama tumbuhan dan mikroba. Sumber daya dari tanaman liar, hewan dan mikroorganisme juga sangat penting dalam pencarian bahan-bahan aktif bidang kesehatan. Banyak obat-obatan yang digunakan saat ini berasal dari tanaman; beberapa antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru ditemukan setiap saat.
8.       Manfaat Industri
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat mendatangkan devisa untuk industri). Misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan-bahan industri misalnya: kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk meubel, teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu untuk menghasilkan alkohol. Rempah-rempah, misalnya lada, vanili, cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya: kelapa sawit dan karet.

C.      Biogeografi
Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran makhluk hidup atau organisme di bumi. Makhluk hidup itu banyak jenisnya. Baik dari multiseluler ataupun uniseluler. Semuanya tersebar secara merata di permukaan bumi berdasarkan kemampuan masing-masing makhluk hidup tersebut untuk beradaptasi dengan lingkungan. Organisme yang tidak bisa beradaptasi akan sangat sulit disebarkan dan sangat mudah tereliminasi. Persebaran makhluk hidup yang berbeda dapat ditentukan oleh geografis, seperti ketinggian, garis lintang, dan keadaan iklim, misalnya curah hujan, suhu, dan radiasi cahaya. Iklim adalah faktor utama yang menentukan tipe tanah dan tipe tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut. Begitu pula dengan tumbuhan yang hidup di suatu daerah akan mempengaruhi jenis fauna dan mikroorganisme yang dapat hidup di sekitarnya. Sebenarnya iklim sangat bergantung pada matahari. matahari berfungsi sebagai pengatur temperature dan intensitas cahaya bagi kehidupan yang ada di bumi. Kelembaban juga mempengaruhi persebaran organisme yang ada di permukaan bumi. Kelembaban sendiri juga dipengaruhi oleh temperatur dan cahaya matahari. Curah hujan juga ikut mempengaruhi  persebaran organisme di muka bumi, semakin banyak curah hujan dan semakin tinggi temperature maka semakin banyak pula organisme baik flora maupun faunanya.
Berdasarkan ciri khas organismenya telah dikenal ada enam daerah biogeografi yaitu Australia, Oriental, Ethiopia, Neotropika, Paleartik dan Neartik. Karena fauna Paleartik dan Neartik hampir sama atau serupa, maka kedua daerah biogeografi ini kadang-kadang digabung menjadi Holartik. Berikut adalah daerah-daerah biogeografi yang ada di dunia dengan berbagai kekhasannya :
a.       Oriental
wilayah yang termasuk ke dalam wilayah oriental adalah Daerah Asia bagian selatan pegunungan Himalaya, India, Sri Langka, Semenanjung Melayu, Sumatera, Jawa, Kalirnantan, Sulawesi, dan Filipina. Misalnya: Siamang, Orang utan, Gajah, Badak, burung Merak.
b.       Australia
Yang termasuk ke dalam wilayah Australia adalah Australia Irian, Selandia Baru, dan kepulauan di Samudera Pasifik. Misalnya: Semua Monotremata, Marsupialia (mammalia tidak berplasenta/mammalia berkantung), Rodentia, Kelelawar, burung Kaswari, burung Cenderawasih, jenis-jenis burung Kakaktua, ikan Paru-paru Australia dan burung Kiwi.
c.       Neotropik
Wilayahnya yaitu Amerika Selatan, Tengah, Meksiko dan Hindia Barat. Misalnya: Armadillo, kelelawar Vampire, burung Kolibri.
d.      Neartik
Yang termasuk ke dalam wilayah neartik yaitu Amerika Utara dari dataran tinggi Meksiko sampai kawasan kutub utara dan Greenland.
Misalnya: Kambing gunung, Karibon, tikus air (Beaves), reideer, dan pelikan.
e.        Paleartik
Eurasia sebelah selatan ke Himalaya, Afghanistan, Iran dan Afrika bagian utara dari gurun Sahara. Misalnya: Landak, Babi hutan dan Rusa kecil.
f.        Ethiopia
Afrika, Madagaskar dan pulau-pulau sekitar Afrika. Misalnya: Gajah Afrika, Gorilla, Simpanse, Badak Afrika, Singa, Kuda Nil, Zebra, Jerapah, Burung unta.

D.      Biodiversitas di Indonesia
Dipandang dari segi biodiversitas, posisi geografis Indonesia sangat menguntungkan, Indonesia terletak didaerah khatulistiwa. Letak biogeografi Indonesia terpengaruh oleh letak Astronomis Indonesia yaitu 6oLU- 11oLS dan antara 95oBT-141oBT yang termasuk daerah beriklim tropis sehingga fauna-fauna yang ada di Indonesia adalah tipe-tipe fauna wilayah tropis. Selain letak astronomis, letak geografis Indonesia terletak antara 2 benua yaitu benua Asia (wilayah oriental) dan benua Australia (wilayah Australian) sehingga menyebabkan tipe-tipe fauna Indonesia mengalami banyak kesamaan dengan tipe-tipe fauna yang ada di kedua kawasan tersebut. Dengan posisi seperti ini Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar didunia.
Penyebab terjadinya biogeografi di Indonesia adalah karena adanya penghalang geografi (barrier) / sawar yang merupakan faktor penghambat persebaran organisme. Sawar ada 3 macam, yaitu:
1)  Sawar iklim yang meliputi temperature rata-rata, kelembaban, musim, sinar matahari, dll.
2)  Sawar biologis yaitu adanya persaingan,penyakit, predator dan makanan yang tersedia.
3)  Sawar fisik seperti gunung yang tertinggi, gurun pasir, sungai, lautan yang dapat membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies.
Adanya isololasi geografi juga menyebabkan perbedaan susunan organisme di suatu daerah sehingga menyebabkan suatu organisme hanya ada di suatu tempat tertentu. Hambatan geografis berdasarkan proses alam yang menyebabkan keadaan biogeografi Indonesia berubah yaitu pada masa pleistosin terjadi perubahan permukaan air laut di seluruh dunia disebabkan karena mencairnya lapisan es dan gletser sehingga permukaan air laut naik kurang lebih 150 m.
Hal ini mengakibatkan perubahan-perubahan daratan Indonesia, di Indonesia bagian barat daratan sunda tenggelam dan hanya bagian yang tinggi dari lipatan pegunungan yang tertinggal sebagai kepulauan selain itu di Indonesia bagian timur daratan sahul juga tenggelam. Papua terpisah dari Australia dan membentuk laut Arafuru dan daerah daerah yang tinggi membentuk pulau-pulau seperti kepulauan aru dan daerah kepala burung di Papua. Jadi Indonesia memiliki kesamaan fauna dengan wilayah Australian dan oriental karena pada jaman dahulu sebelum mencairnya lapisan es dan gletser Indonesia dan kedua wilayah tersebut menyatu. Hal ini lah yang menyebabkan fauna Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan wilayah Australian dan oriental.
Beberapa keunikan Biodiversitas yang dimiliki oleh Indonesia antara lain:
1.         Keanekaragaman tinggi.
Indonesia terletak di daerah tropis sehingga memiliki keanekaragaman tinggi bila dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub. Keanekaragaman tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan hujan tropis. Di dalam hutan hujan tropis terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) yang belum dimanfatkan atau masih liar. Di dalam tubuh hewan atau tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang.
2.         Memiliki hewan tipe oriental, Australian, dan peralihan.
Pada tahun 1858, Alfred Russel Wallace, yang hidup sezaman dengan Charles Darwin dan membantu mencetuskan teori evolusi seleksi alam, mengenal pola perbedaan antarsatwa pulau di Indonesia. Ia tidak mengira bahwa Kalimantan dan Sulawesi mempunyai jenis burung berbeda meski tidak dipisahkan oleh pembatas utama seperti fisik dan iklim. Berdasar pengamatannya, pada tahun 1859, Wallace menetapkan dua wilayah utama dengan menggambar garis batas di sebelah timur Kalimantan dan Bali, memisahkan satwa bagian barat dan timur. Garis Wallace membelah Selat Makassar menuju ke selatan hingga Selat Lombok. Jadi, garis tersebut memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australian (Sulawesi, Papua, Irian Jaya, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur).

Gambar 5. Pola persebaran satwa di Indonesia
Keunikan hewan-hewan yang termasuk daerah oriental, antara lain:
a)    Banyaknya spesies mamalia yang ukurannya besar seperti gajah, banteng, harimau, badak
b)   Terdapat berbagai jenis primate seperti kera, orang utan, luntung, bekantan
c)    Terdapat berbagai jenis burung yang memiliki suara lebih merdu bila dibandingkan burung daerah Australian seperti jalak bali, elang jawa
d)   Tidak terdapat mamalia berkantung.
Sedangkan hewan-hewan yang termasuk daerah Autralian yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara memiliki ciri-ciri antara lain:
a)    Banyak hewan berkantung (kaskus, kanguru).
b)   Mamalia berukuran tubuh kecil.
c)    Terdapat berbagai jenis burung dengan keanekaragaman warna.
Hewan-hewan yang termasuk wilayah peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang terbentang dari Sulawesi sampai kepulauan Maluku, antara lain maleo, berbagai jenis kupu-kupu, primate primitive (Tarsius spectra), anoa, dan babi rusa.
3.         Indonesia kaya akan flora Malesiana.
Malesiana adalah suatu daerah luas yang meliputi Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua Nuguni, dan Kepulauan Solomon. Daerah Malesiana memiliki iklim tropis dan curah hujan yang relative tinggi. Maka daerah ini merupakan pemusatan pertumbuhan berbagai jenis vegetasi. Hutan di Indonesia (seperti wilayah Malesiana ) merupakan bioma hutan hujan tropis, yang di dominasi oleh pohon dari familia Dipterocarpaceae dan tumbuhan yang memanjat (liana). Selain hutan hujan tropis, Indonesia juga mempunyai hutan musim dan padang rumput. Di Indonesia juga terdapat hutan pantai dimana banyak dijumpai berbagai tumbuhan seperti pandan (Pandanus tectorius), bakung, dan bakau.
4.         Indonesia kaya akan hewan dan tumbuhan endemik.
Indonesia merupakan negara dengan tingkat endemik (endemisme) yang tinggi. Untuk dapat dikatakan endemik suatu satwa harus ditemukan hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di tempat lain. Diperkirakan Indonesia mempunyai lebih 165 jenis mamalia endemik, 397 jenis burung yang endemik Indonesia, lebih dari 150 reptilia, dan lebih dari 100 spesies ampibi yang tercatat endemik di Indonesia. Contoh hewan endemik di Indonesia : a) Harimau jawa b) Harimau bali c) Badak bercula satu d) Jalak bali putih e) Binturong f) Burung maleo g) Komodo. Contoh tumbuhan endemik di Indonesia : a) Raflesia patma di Nusakambangan dan Pangandaran. b) Raflesia arnoldi endemik di Bengkulu, Sumatra Barat, dan Aceh. c) Raflesia borneensisi di Kalimantan.

Gambar 6. Contoh hewan endemic (a) Anoa dataran rendah (b) Babirusa Sulawesi (c) Badak bercula satu
5.         Terdapat berbagai hewan dan tumbuhan langka.
Contoh hewan langka di Indonesia : a) Harimau jawa b) Macan Kumbang c) Tapir d) Komodo e) banteng f) cenderawasih dll. Contoh tumbuhan langka di Indonesia : a) Bedali b) Gandaria c) Bungur d) Nangka celeng e) mundu dll

Meskipun di Indonesia terdapat banyak jenis fauna yang memperkaya keanekaragaman hayati di Indonesia, namun dengan berbagai alasan ada satwa yang telah punah. Beberapa alasan yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati tersebut adalah :
1.    Pencemaran
Bahan pencemar berasal dari limbah pabrik, asap kendaraan bermotor, limbah rumah tangga, sampah yang tidak dapat didaur ulang lingkungan secara alami, dan bahan-bahan berbahaya lain. Bahan pencemar ini dapat membunuh makhluk hidup, termasuk mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan sehingga mengurangi keanekaragamannya.
2.    Kerusakan Habitat
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal makhluk hidup. Kerusakan habitat merupakan penyebab utama kepunahan makhluk hidup. Jika habitat rusak, makhluk hidup tidak memiliki tempat untuk hidup. Kerusakan habitat dapat diakibatkan terjadi karena ulah manusia yang telah mengubah fungsi ekosistem, misalnya hutan ditebang, dijadikan lahan pertanian, permukiman, dan akhirnya berkembang menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen. Perusakan terumbu karang di laut juga dapat menurunkan keanekaragaman hayati laut. Ikan-ikan serta biota laut yang hidup dan bersembunyi di terumbu karang tidak dapat hidup tenang, beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan telurnya karena terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan merugikan nelayan dan mengakibatkan harga ikan meningkat. Selain akibat aktivitas manusia, kerusakan habitat diakibatkan juga oleh bencana alam, misalnya, gunung meletus, kebakaran, dan banjir.
3.    Penggunaan Pestisida
Pestisida berfungsi untuk membasmi makhluk hidup pengganggu (hama) pada tanaman. Akan tetapi, jika digunakan secara berlebihan, akan menyebar ke lingkungan sekitarnya dan meracuni makhluk hidup yang lain, termasuk mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan lainnya. Contoh pestisida adalah herbisida, fungisida, dan insektisida.
4.    Eksploitasi Secara Berlebihan
Eksploitasi sumber daya alam dikatakan berlebihan jika jumlah sumber daya alam yang diambil lebih besar dibandingkan dengan kemamuan memperbarui diri sumber daya alam yang diambil.
5.    Seleksi
Seleksi adalah memilih sesuatu yang disukai menurut penilaian individu. Secara tidak sengaja perilaku seleksi akan mempercepat kepunahan makhluk hidup. Misalnya, kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul, seperti jambu bangkok, jeruk mandarin, dan mangga gedong. Sebaliknya, kita menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul, contohnya, jeruk pacitan dan mangga curut.

E.       Konservasi dan Kriteria Kelangkaan Spesies
Konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Jadi, konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan. Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun juga dapat mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas. Adapun definisi operasional konservasi antara lain:
a.    Preservasi     : perlindungan sumber daya alam dari eksploitasi komersial untuk memperpanjang pemanfaatannya
b.    Restorasi       : koreksi dari kesalahan-kesalahan masa lalu yang telah membahayakan produktivitas sumberdaya alam
c.    Benefisiasi    : meningkatkan manfaat mutu dari suatu sumberdaya alam
d.   Maksimisasi  : semua tindakan untuk menghindari pemborosan
e.    Substitusi      : penggunaan sumberdaya alam yang umum sebagai pengganti yang langka, atau, penggunaan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui sebagai pengganti yang tidak dapat diperbaharui
f.     Alokasi         :  strategi penggunaan terbaik dari suatu sumberdaya
g.    Integrasi       : memaksimmkan jumlah barang dan jasa dari  suatu sumberdaya atau  kompleks sumberdaya alam, misalnya, sumberdaya daerah aliran sungai
h.    Daur ulang    : penggunaan kembali bahan-bahan buangan
Secara keseluruhan, Konservasi Sumberdaya Alam Hayati (KSDAH) adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.  Banyak motif untuk melakukan konservasi antara lain:
a.         Motif Etik
Manusia bertanggung jawab atas perlakuan dan penggunaan sumberdaya secara bijaksana sumberdaya alam hayati.  Manusia dipercaya Tuhan untuk membina hidup dan kehidupan di muka bumi .
b.         Motif Estetik
keindahan alam dalam bentuk bentang alam, formasi geologis, tetumbuhan, dan binatang alam akan selalu menjadi salah satu alasan pokok konservasi alam di mana pun dan kapan pun
c.         Motif Produksi
hasil alam (non-budidaya) sangat penting di mana pun di muka bumi ini.  Berjuta penduduk telah ditopang hidupnya oleh hasil alam ini.  Konservasi biodiversity bertujuan langsung pada upaya pengelolaan secara efektif dan bijaksana dari hasil-hasil alam ini
d.        Motif Alam sebagai Persekutuan
Nilai alam akan sangat ditentukan oleh terjaganya keutuhan dari persekutuan alam.  Dengan demikian, misalnya kita harus mencegah penggundulan hutan dan erosi tanah karena tanah merupakan tempat berpijak atau substrat bagi penghasil karbohidrat yaitu tumbuhan, lalu kita pun harus menjaga keseimbangan ekologis alam, tidak merusak jaring dan tidak meghilangkan rantai makanan .
e.         Motif Perbaikan spesies budidaya
tanaman budidaya dan hewan ternak seringkali memerlukan program perbaikan genetik mengingat ketahanannya terhadap penyakit atau produktivitasnya menurun.  Untuk maksud ini, tentu sumber genetik harus diambil dari alam
f.          Motif Manfaat potensial
Saat ini manusia hanya terbatas pada penggunaan beberapa spesies tumbuhan dan hewan saja yang merupakan sebagian kecil saja dari total spesies yang disediakan oleh alam.  Pada saatnya nanti dan bahkan saat ini juga, tumbuhan dan satwaliar perlu dikembangkan untuk tujuan keanekaragaman makanan, serta  obat-obatan.  Kawasan konservasi merupakan tempat terakhir (= the last stand) di alam bagi spesies liar untuk melangsungkan evolusinya (genepools)
g.         Motif Penelitian ilmiah
penelitian dasar maupun terapan
h.         Motif Pendidikan
lingkungan alam sangat baik untuk mendidik  anak-anak, remaja, maupun dewasa bahkan para eksekutif pemerintahan, bagaimana alam bekerja sehingga nantinya terbentuk kader-kader pengelola sumberdaya alam yang bijaksana
i.           Motif Kesehatan bersama
penyakit mental, kenakalan remaja, dan unsur-unsur lingkungan merupakan indikator-indikator yang baik bagi kasus-kasus pencemaran.  Kegiatan rekreasi alam telah terbukti sangat manjur untuk mengatasi penyakit mental dan kenakalan remaja perkotaan
j.           Motif Turisme
pengembangan kepariwisataan akan terjadi keterbukaan wilayah, kesempatan berusaha dan lapangan kerja. Kepariwisataan  bisa menyediakan lapangan kerja jauh lebih besar dari sekedar industri perminyakan. Kepariwisataan melibatkan banyak aspek, mulai dari penyediaan prasarana dan sarana pariwisata, industri pariwisata dan pelayanan.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk memelihara dan melestarikan keanekaragaman hayati tersebut seperti penghijauan (reboisasi), pemuliaan, pelestarian in situ maupun ex situ serta penegakan hukum dan kebijakan nasional dan internasional.
1.         Penghijauan (reboisasi)
Reboisasi atau penghijuan dapat menigkatkan keanekaragaman hayati dengan cara menanam pohon-pohon baru di lingkungan yang kritis. Tindakan reboisasi ini tentunya harus diikuti perawatan tanaman supaya tujuan penghijauan dapat tercapai.
2.         Pemuliaan
Pemuliaan adalah usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan perkawinan silang. Usaha pemuliaan akan menghasilkan varian baru. Oleh sebab itu, pemuliaan hewan dan tumbuhan dapat meningkatkan keanekaragaman gen.
3.         Pelestarian in situ
Pelestarian insitu adalah pelestarian didalam habitan aslinya, misalnya mendirikan cagar aalm ujung kulon dan taman nasional komodo.
4.         Pelestarian ex situ
Adalah pelesstarian diluar habitat aslinya , misalnya penangkaran hewan didalam kebun binatang contohnya taman ragunan dan taman safari bogor
5.         Penegakan hukum
Adapun penegakan hukum dan kebijakan nasional dan internasional ini sebenarnya tergantung kepada masing-masing wilayah.

Kategori Status Konservasi IUCN
IUCN adalah singkatan dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. IUCN adalah sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam. Badan ini didirikan pada tahun 1948 dan berpusat di Gland, Switzerland. IUCN beranggotakan 78 negara, 112 badan pemerintah, 735 organisasi non pemerintah dan ribuan ahli dan ilmuwan dari 181 negara. Tujuan IUCN adalah membantu komunitas di seluruh dunia dalam konservasi alam.
Kategori Status konservasi IUCN Red List merupakan kategori yang digunakan oleh IUCN dalam melakukan klasifikasi terhadap spesies-spesies berbagai makhluk hidup yang terancam kepunahan. Dari status konservasi ini, kemudian IUCN mengeluarkan IUCN Red List of Threatened Species atau disingkat IUCN Red List, yaitu daftar status kelangkaan suatu spesies. IUCN Red List menetapkan kriteria untuk mengevaluasi status kelangkaan suatu spesies. Kriteria ini relevan untuk semua spesies di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk memperingatkan betapa pentingnya masalah konservasi kepada publik dan pembuat kebijakan untuk menolong komunitas internasional dalam memperbaiki status kelangkaan spesies. Kategori Status Konservasi dalam IUCN Redlist, meliputi :
1.      Extinct (EX; Punah) adalah status konservasi yag diberikan kepada spesies yang terbukti  (tidak ada keraguan lagi) bahwa individu terakhir spesies tersebut sudah mati. Contoh satwa Indonesia yang telah punah diantaranya adalah; Harimau Jawa dan Harimau Bali.
2.      Extinct in the Wild (EW; Punah Di Alam Liar) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di tempat penangkaran atau di luar habitat alami mereka.
3.      Critically Endangered (CR; Kritis) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat. Contoh satwa Indonesia yang berstatus kritis antara lain; Harimau Sumatra, Badak Jawa, Badak Sumatera, Jalak Bali, Orangutan Sumatera, Elang Jawa, Trulek Jawa, Rusa Bawean.
4.      Endangered (EN; Genting atau Terancam) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Banteng, Anoa, Mentok Rimba, Maleo, Tapir, Trenggiling, Bekantan, dan Tarsius.
5.      Vulnerable (VU; Rentan) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Kasuari, Merak Hijau, dan Kakak Tua Maluku.
6.      Near Threatened (NT; Hampir Terancam) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam.. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Alap-alap Doria, Punai Sumba.
7.      Least Concern (LC; Berisiko Rendah) adalah kategori IUCN yang diberikan untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Ayam Hutan Merah, Ayam Hutan Hijau, dan Landak.
8.      Data Deficient (DD; Informasi Kurang), Sebuah takson dinyatakan “informasi kurang” ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Punggok Papua, Todirhamphus.
9.      Not Evaluated (NE; Belum dievaluasi); Sebuah takson dinyatakan “belum dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria di atas.

F.       Kebijakan Keanekaragaman Hayati
Peraturan perundangan yang terbaru terkait dengan keanekaragaman hayati di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteran manusia serta makhluk hidup lainnya. Sedangkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfatan, pengendalian, pemeliharaan. Pengedalian pecemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup ini terdiri dari 3P yaitu pencegahan, penanggulangan, pemulihan
Adapun peraturan perundangan yang lain terkait dengan keanekaragaman hayati antara lain:
  1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
  2. Undang–Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman
  3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
  4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
  5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Karantina Tumbuhan
  6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Karantina Ikan
  7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
  8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
  9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestraian Alam
  10. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 2004 tentang Perizinan atau Perjanjian di Bidang Pertambangan yang Berada di Kawasan Hutan
  11. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional
  12. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
  13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Lembaga Konservasi
  14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 02 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam
  15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Perbenihan Tanaman Hutan
  16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 14 Tahun 2007 Tentang Tatacara Evaluasi Fungsi Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru.
  17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman
  18. KepMen Kehutanan & Perkebunan Nomor 55 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Ikan Raja Laut (Latimeria Menadoensis) Sebagai Satwa yang Dilindungi
  19. KepMen Kehutanan & Perkebunan Nomor 104 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Mengambil Tumbuhan Liar & Menangkap Satwa Liar
  20. KepMen Kehutanan & Perkebunan Nomor 385 Tahun 1999 Tentang Penetapan Lola Merah (Trochus Niloticus) Sebagai Satwa Buru
  21. KepMen Kehutanan & Perkebunan Nomor 449 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Burung Walet (Collocalia) Di Habitat Alami (In-Situ) dan Habitat Buatan (Ex-Situ)
  22. Kep Bersama Menteri Pertanian, Kehutanan, Kesehatan, Pangan Nomor 998.1 Tahun 1999 Tentang Keamanan Hayati & Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika
  23. Kep DIRJEND Perlindungan & Konservasi Alam Nomor 66 Tahun 2000 Tentang Kuota Pengambilan Tumbuhan & Penangkapan Satwa Liar Yang Tidak Dilindungi UU 
  24. Kep DIRJEND Perlindungan & Konservasi Alam Nomor 200 Tahun 1999 Tentang Penetapan Jatah & Pengambilan Tumbuhan Alam & Satwa Liar yang Tidak Dilindungi UU untuk Periode Tahun 2000

1 komentar:

Unknown mengatakan...

As reported by Stanford Medical, It is in fact the SINGLE reason women in this country get to live 10 years longer and weigh on average 19 KG lighter than us.

(And by the way, it really has NOTHING to do with genetics or some secret diet and EVERYTHING to about "how" they are eating.)

P.S, I said "HOW", and not "WHAT"...

TAP on this link to uncover if this little quiz can help you release your true weight loss possibility

Posting Komentar